Ada tanganku,
sekali akan jemu terkulai,
Mainan cahaya di
air hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara
yang kucintai ‘kan berhenti membelai.
Kupahat batu
nisan sendiri dan kupagut.
Kita -anjing
diburu- hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang
Tidak tahu romeo
& Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang
Lahir seorang
besar dan tenggelam beratus ribu
Keduanya harus
dicatet, keduanya dapat tempat .
Dan kita nanti
tiada sawan lagi diburu
Jika bedil sudah
disimpan , Cuma kenangan berdebu.
Kita memburu arti
atau disertakan kepada anak
Lahir
sempat.karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu
asah,
tulis karena
kertas gersang,
tenggorokan
kering
sedikit mau basah
!
1946
Gaya Bahasa
- Pada baris : ”Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai” menggunakan majas perbandingan sinekdoki pars pro toto (menyebutkan untuk keseluruhan) yaitu “tangan” untuk menyatakan keseluruhan diri si aku yang jemu terkulai menggambarkan si aku tak berdaya lagi. Dipergunakan itu karena tangan itu merupakan pusat kekuatan bekerja. Jika tangan terkulai berarti orang sudah tidak dapat bekerja dan berusaha lagi.
- Pada baris : “Dan suara yang kucintai kan berhenti membelai” juga merupakan majas perbandingan sinekdoki pars pro toto menyatakan orang yang memiliki suara itu, yaitu orang-orang yang dicintai si aku. Orang yang dicintai si aku sangatlah berarti, sampai saat orang- orang itu menghilang, seakan si aku tidak memperoleh suatu kehidupan lagi karena si aku sangat merasa kehilangan.
- Retorika hiperbola “jangan mengerdip” untuk menyatakan berusaha penuh perhatian dan terus-menerus sehingga mata pun tidak berkedip.
- Metaforik dan hiperbolik “kertas gersang” untuk menyatakan kehidupan yang kosong dicitra-visualkan dan dikiaskan.
- Perifrasis adalah gaya bahasa yang dalam pernyataannya sengaja menggunakan frase yang sebenarnya dapat diganti dengan sebuah kata saja. Contoh: “Tidak tahu Romeo dan Juliet berpeluk di kubur atau diranjang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar